PERANAN OBYEK WISATA TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang banyak obyek wisatanya dan dinyatakan sebagai daerah tujuan wisata ke dua di Indonesia, setelah Bali. Di Yogyakarta banyak terdapat obyek wisata baik wisata alam maupun wisata budaya. Berbagai obyek wisata alam yang berada di wilayah DIY anatara lain Kaliurang, Pantai Glagah, Pantai Parangtritis dan obyek-obyek wisata alam yang lain. Sedang wisata budaya yang ada antara lain Candi Prambanan, Kraton, dan tempat-tempat lain yang menonjolkan budaya sebagai andalannya. Selain itu juga ada berbagai pertunjukkan budaya seperti tari tradisional, upacara tradisional seperti sekaten dan labuhan, sendratari Ramayana di Prambanan dan masih banyak lagi.
Bagi DIY sebenarnya tidak sulit untuk mengembangkan pariwisata karena dukungan dengan banyaknya obyek-obyek wisata yang telah disebutkan tadi. Tinggal bagaimana pengembangan dan pemasarannya supaya menarik lebih banyak wisatawan. Dengan diadakannya program pariwisata oleh pemerintah, banyak daerah-daerah wisata yang mulai berbenah yang pelaksanaannya melalui instruksi atau peraturan pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata.
Pengunjung wisatawan mancanegara ke DIY semakin meningkat. Untuk memberikan pelayanan tamu wisata agar betah tinggal lama perlu diperhatikan sarana dan fasilitas yang tersedia. Seperti penginapan, hotel yang berbitang maupun hotel non bintang. Di Yogyakarta sendiri terdapat beberapa hotel berbintang seperti Ambarukmo, Garuda, Sahid. Selain hotel berbintang juga masih banyak juga hotel-hotel kelas melati dan penginapan yang tersebar di berbagai wilayah DIY.
Pengembangan pariwisata di DIY tentunya akan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat, terutama masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif akibat adanya obyek wisata yang dekat dengan masyarakat tersebut. Namun untuk membuat DIY tetap menjadi primadona pariwisata di Indonesia banyak obyek-obyek wisata yang harus dibenahi maupun dilengkapi sarana dan fasilitasnya. Upaya dinas pariwisata untuk melakukan itu sudah Nampak meski belum maksimal, namun hasilnya bisa dilihat bahwa perkembangan obyek wisata di DIY cukup bagus. Obyek wisata yang baru-baru ini menjadi sorotan adalah wisata Lava Tour Merapi dan Pantai-Pantai di Gunungkidul.
Dengan makin banyaknya pilihan obyek wisata yang ada di DIY diharapkan mampu menarik wisatawan lebih banyak lagi dan betah berada di Yogyakarata untuk berwisata. Transportasi juga merupakan salah satu faktor penting dalam pariwisata. Di DIY sendiri untuk akses transportasi lumayan lengkap. Adanya bandara Adi Sucipto memungkinkan wisatawan dari berbagai daerah lain di Indonedia bahkan negara lain untuk menuju DIY. Lalu ada dua stasiun kereta api, Stasiun Tugu dan Lempuyangan. Untuk Stasiun Tugu merupakan stasiun yang letaknya berada di sebelah utara Maliobor. Jadi dengan dekatnya stasiun dan salah satu obyek wosata belanja terbesar di Yogyakarta ini akan semakin memudahkan akses wisatawan. Lalu ada terminal lama Umbulharjo dan terminal Giwangan yang merupakan dua terminal besar yang ada di Yogyakarta. Selain itu masih ada juga terminal-terminal lain yang letaknya menyebar di berbagai daerah. Untuk kebndaraan dalam kota sendiri bermacam-macam adanya. Mulai dari kendaraan modern dengan mesin hingga tenaga asli manusia 100%. Selain bus kota dan angkutan umum sekarang di Yogyakarta terdapat transportasi yang cukup baik yaitu Transjogja, yang berwarna hijau kombinasi kuning dan hanya berhenti di shelter-shelter Transjogja yang tersebar di berbagai titik. Lalu ada juga angkutan tradisional seperti anding dan becak yang tidak memakai tenaga mesin.
Banyak hal yang harus diperhatikan oleh pengelola obyek wisata, dinas pariwisata, pengunjung maupun warga sekitar untuk menunjang kemajuan wisata. Seperti ketersediaan fasilitas, sarana, dan kebersihan juga kenyamanan. Di berbagai obyek wisata di DIY sekarang ini baik akses, fasilitas, dan sarana sudah cukup baik tinggal bagaimana perawatannya saja. Dengan kesiapan penunjang fasilitas dan sarana di obyek wisata tersebut akan menimbalkan perasaan nyaman bagi pengunjung sehingga wisatawan tidak kecewa dan mearasa puas juga betah.Sehingga akan berakibat baik bagi pariwisata di DIY.
Selama ini mungkin wisatawan ketika berkunjung ke Yogyakarta hany mengenal obyek-obyek wisata yang sudah terkenal sejak dulu. Biasanya wisatawan akan mengunjungi Kraton, Prambanan, Malioboro, Parangtritis. Namun sekarang ini juga pemasaran dan promosi wisata lain di DIY juga membuat beberapa daerah tujuan wisata lain banyak dikunjungi wisatawan. Akhir-akhir ini banyak wisatawan yang berkunjung ke lava tour Merapi untuk melihat bagaimana sisa-sisa erupsi Gunung merapi 2010 kemaren. Selain itu di daerah Gunungkidul juga ditawarkan banyak opantai yang tak kalah indah dengan Parangtritis yang ada di Bantul. Pantai-pantai seperti Sundak, Siung, Drini, Sepanjang ,dll. Menyusul pantai Baron, Krakal dan Kukup yang sudah mulai dikenal terlebih dahulu di wilayah Gunung Kidul. Dengan mulai meratanya dan menyebarnya obyek-obyek wisata yang dikunjungi ini membuat perkembangan parisata DIY menjadi semakin maju pesat dan semakin baik. Pariwisata tidak hanya berpusat di wilayah tertentu saja namun sudah mulai menyebar ke pelosok-pelosok berkat adanya promosi maupun penawaran. Dan semakin kompleksnya obyek wisata, ada wisata alam, budaya,pendidikan dan belanja membuat makin berwarna dunia pariwisata di DIY.
Dengan banyaknya obyek wisata tersebut maka diharapkan pariwisata di DIY kembali meningkat mengingat di DIY beberapa tahun ini digunjang bencana seperti Erupsi Merapa 2010 dan Gempa Bantul 2006 yang membuat wisatawan mempunyai rasa takut untuk berkunjung ke Yogyakarta. Namun dengan keindahan dan kekhasan Yogyakarta dengan berbagai obyek wisatanya ini mampu menjadi daya tarik untuk memikat wisatawan agar dating kembali ke DIY.


Read more

MUSEUM SUBAK, BALI

Museum Subak merupakan sebuah museum khusus tentang pertanian di Bali yang dikenal dengan istilah Subak,yang menyimpan alat/peralatan dan benda-benda yang ada kaitannya dengan usaha tani serta kehidupan subak. Museum ini terletak di Desa Sanggulan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Kabupaten Tabanan sendiri merupakan wilayah yang mempunyai subak terbanyak dan terluas arealnya di Bali sehingga sering disebut sebagai lumbung berasnya Bali. Museum Subak diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali pada tanggal 13 Oktober 1981. Museum ini terdiri dari bangunan museum induk dan museum terbuka.
Museum induk terdiri dari :
1.      Bangunan atau komplek suci dengan Padmasana, Bedugul, dan lainnya. Tata ruang dan letak dari bangunan-bangunan dimaksud disesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya dengan mengikuti pola pembangunan tradisional : Tri Mandala, Tri Angga, dan Asta Kosala Kosali.
2.      Bangunan utama terdiri dari dua gedung, yaitu :
- Gedung administrasi yang merupakan pusat informasi dan perpustakaan.
- Gedung pameran. Barang yang dipamerkan/dipajangkan di Museum Subak menyangkut barang/alat pertanian yang digunakan oleh para petani di dalam mengerjakan sawahnya yang meliputi proses: Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan di subak.
Museum terbuka yang diwujudkan sebagai “Subak Mini” yang dipakai sebagai peragaan kegiatan Subak mulai system irigasi sampai proses kegiatan petani di sawah.
Tujuan didirikannya Museum Subak adalah sebagai berikut:
a.       Menggali dan menghimpun berbagai benda dan data yang berkaitan dengan subak, termasuk yang mempunyai nilai sejarah serta menyuguhkan sebagai sarana study/penelitian.
b.      Menyelamatkan, mengamankan, dan memelihara berbagai benda yang berkaitan dengan subak.
c.       Menyuguhkan berbagai bahan informasi dan dokumentasi serta merupakan media pendidikan tentang subak.
d.      Tempat rekreasi/obyek pariwisata.
Jam kunjungan Museum Subak :
Hari Senin s/d Sabtu   : Jam 08.00-16.30 Wita.
Kecuali Hari Jumat     :  Jam 08.00-12.30 Wita.
Hari Minggu dan Libur resmi tutup dengan catatan masih bisa diterima sepanjang ada pemberitahuan sebelumnya.
Read more

FERDINAND TONNIES

Ferdinand Tonnies lahir pada tahun 1855 di Schleswig-Holstein yang berada di tanjung Eiderstedt, masih dalam kedaulatan Denmark.  Ia belajar di universitas Tubingen di Husum dimana ia menjadi tertarik menjadi novelis dan penyair. Pada tahun 1877 dia menerima gelar doctor dalam sastra klasik di universitass Tubingen, setelah itu Tonnies beralih ke filsfat, sejarah, biologi, psikologi, ekonomi, dan mulai mempelajari sosiologi. Empat tahun berikutnya pada tahun 1881 dia memulai karirnya dengan menjadi dosen swasta di Universitas Kiel, ia mengajar filsafat, ekonomi, statistic, sementara banyak dari hasil penelitiannya ia publikasikan di media massa. Oleh karena itu enam tahun kemudian, pada tahun 1887 ia menerbitkan buku paling terkenal mengenai Gemeinschaft und gesellschaft (komunitas dan masyarakat)
Namun tahun 1896 terjadi sebuah bentrokan dengan administrasi Universitas Kiel yang membuat dia menjadi tersangka radikalisme karena ia berhasil membuat massa melakukan mogok kerja pihak universitas menjanjikan karir yang cemerlang untuk sarjana muda. Tahun 1909 konflik eksternal telah diselesaikan dengan janji bahwa tonnies akan mendapatkan gelar professor penuh bidang politik ekonomi di Universitas Kiel yang dimaksudkan untuk membantu keuangan Tonnies sebagai ayah dari kelima anaknya. Tetapi kenyataannya tonnies tidak disebut proesor penuh sampai tahun 1913. Ia hanya menjadi professor tamu yang seringkali diundang di Universitas Kiel.
Ia merupakansalah seorang sosiolog jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman dan bersama dengan Max Weber, George Simmel, Werner Sombart, dan lainnya yang melatarbelakangi berdirinya German Sosiologycal Assocoation pada tahun 1909. Tonnies berhasil menjadi Guru besar Emiritus di Universitas Kiel, tetapi pada tahun 1933 dia dicabut dari status Guru Besar Emiritus. Kematiannya pada 9 april 1936 adalah saksi dari kediktaoran NAZI, karena semasa hidupnya ia aktif menentang gerakan NAZI di Jerman, yang telah menghasilkan 900 karya dan banyak menyumbang dibidang Sosiologi dan Filossofi. Banyak dari teori sosiologi yang termasuk Gemeinschaft dan Gesellschaft yang selanjutnya diedit dan dialihbahasakan ke dalam bahasa inggris menjadi community and soaiety (1957) oleh Charles P. Loomis, karya yang lain berupa essai tentang sosiologi terdapat dalam bukunya Einfuhrung in die Soziologie ( An Introduction to Sociology).
Read more

KEUANGAN MIKRO DAN MODAL SOSIAL



MODAL SOSIAL adalah bagian organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma, dan jaringan , yang memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi (Putnam, 1993: 169)
Keuangan mikro artinya membangun

sistem keuangan untuk melayani masyarakat miskin. Keuangan mikro juga berarti instrumen yang berdaya guna untuk melawan kemiskinan. Keuangan mikro banyak digunakan di negara berkembang karena orang miskin merupakan mayoritas luas dari penduduk di kebanyakan negara berkembang. Keuangan mikro memungkinkan rumahtangga berpendapatan rendah untuk beralih dari sekedar perjuangan untuk bertahan hidup dari hari ke hari menuju perencanaan masa depan, investasi untuk gizi yang lebih baik, peningkatan kondisi kehidupan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan. Praktek keuangan mikro merujuk pada jasa keuangan yang disediakan oleh pemerintah, LSM, atau bank untuk membantu masyarakat miskin. Contohnya adalah Grameen Bank di Bangladesh yang didirikan oleh Muhammad Yunus, peraih penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006.
Grameen Bank memberikan kredit kepada masyarakat miskin di ribuan desa di Bangladesh. Para peminjam memakai kredit untuk memulai usaha kecil. Setelah usaha mereka lancar mereka dapat mengajukan kredit lain untuk membangun rumah dan membiayai sekolah anak mereka. Khusus bagi para pengemis, Grameen Bank menyediakan kredit tanpa bunga. Mereka diberi ide agar membawa barang seperti makanan, mainan dan kebutuhan rumah tangga saat mereka meminta-minta dari rumah ke rumah. Lebih dari 90.592 pengemis ikut program ini. Pinjaman untuk mereka biasanya sekitar Rp 120.000. Untuk memastikan bahwa peminjam mengembalikan pinjaman mereka, Grameen bank mewajibkan mereka membentuk kelompok. Misalnya, seorang staf Grameen Bank menawarkan kredit kepada satu orang miskin. Setelah orang itu tertarik, ia diminta mencari empat teman lain yang ia percaya. Ketika kelompok telah terbentuk, dilakukan pelatihan selama 7 hari berturut-turut tentang kebijakan bank, kemudian dilanjutkan ujian lisan terhadap tiap-tiap anggota. Setelah mereka lulus ujian, barulah kredit pertama dikucurkan kepada dua orang anggota. Jika pinjaman ini dibayar secara teratur selama enam minggu berikutnya, dua anggota yang lain boleh mengajukan pinjaman Sistem kelompok ini efektif mencegah kelalaian karena setiap pinjaman harus disetujui semua anggota kelompok. Tiap anggota ikut bertanggung jawab terhadap pinjaman rekannya. Dibuat juga mekanisme sanksi, yaitu jika seseorang tidak mampu atau tidak mau membayar kembali pinjamannya, kelompoknya dianggap tidak layak memperoleh kredit yang lebih besar pada tahun berikutnya sampai masalah pembayaran ini ditanggulangi.
HUBUNGAN KEUANGAN MIKRO DENGAN MODAL SOSIAL
Orang miskin bisa memanfaatkan modal sosial ( norma, jaringan, dan kepercayaan ) untuk keluar dari kemiskinan. Masyarakat miskin dapat mengaktifkan modal sosial yang dimilkki dengan cara masuk ke dalam jaringan sosial dalam bentuk lembaga keuangan mikro.
Menurut Nan Lin, modal sosial seseorang tertanam di dalam jaringan sosial. Ia harus masuk atau menjadi bagian dari jaringan sosial itu jika ia ingin memanfaatkan atau mengaktifkan modal sosialnya. Di Grameen Bank, ketika belum bergabung atau belum menjadi anggota kelompok, orang miskin belum mengakses modal sosialnya. Ia belum meng-investasikan modal sosialnya ke dalam kelompok peminjam. Orang miskin wajib membentuk kelompok untuk mengajukan pinjaman. Kelompok berjaringan dengan sentra, yaitu gabungan kelompok tingkat desa dengan jumlah maksimal 8 kelompok. Sentra di tingkat desa berjaringan langsung dengan Grameen Bank.
Modal sosial adalah sumber daya yang tertanam di dalam jaringan sosial seseorang (Nan Lin, 2008:51). Orang miskin mengakses sumber daya mereka ke dalam kelompok ini. Untuk membentuk kelompok, peminjam harus mengajak temannya yang dipercaya. Dalam proses pinjaman dan pencicilan juga dibutuhkan kepercayaan antar anggota maupun antara kelompok dengan Grameen Bank agar peminjaman selanjutnya dapat berjalan. Berarti ia mengaktifkan modal sosial dalam bentuk kepercayaan dari anggota lainnya.




Read more

STRUKTUR SOSIAL DI DUSUN GONDANG WUKIRSARI CANGKRINGAN

Deskripsi Tentang Dusun Gondang
Dusun Gondang merupakan salah satu dusun di Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Dusun ini menjadi satu padukuhan dengan Dusun Pusung sehingga biasanya disebut Gondang Pusung. Dusun Gondang di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kepuharjo, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Ngepringan. Di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Opak dan di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Gendol. Dusun ini berjarak kurang lebih 12 km dari puncak Gunung Merapi. Di dusun yang kecil ini hanya terdapat sekitar 100 kepala keluarga dan hanya terdeapat 4 RT. Dusun ini juga termasuk dusun yang miskin da terbelakang dibanding dusun-dusun lain di Kelurahan Wukirsari. Akan tetapi kaitan antar warga di dusun ini sangat kuat. Banyak kegiatan yang dilakukan dengan cara gotong royong.
B.     Kelompok Sosial di Dusun Gondang
Di Dusun Gondang terdapat beberapa kelompok sosial. Keluarga merupakan salah satu contoh dari bentuk kelompok sosial, primary group. Di dusun ini keterkaitan antar warga sangat tinggi, biasanya pada waktu luang digunakan untuk saling berinteraksi dengan tetangga sehingga sering sekali terdapat kerumunan (crowds). Untuk anak-anak terdapat kelompok mengaji yang biasa disebut TPA bertempat di Masjid Ash Sholihin setiap hari Rabu sore, yang dibimbing oleh para ustad dan ustadzah dari dusun ini sendiri. Pada hari Jum’at sore sekelompok ibu-ibu melakukan senam rutin yang dibarengi dengan arisan. Di dusun ini banyak terdapat kelompok arisan dari ibu-ibu, bapak-bapak, dan pemuda. Biasanya arisan dilakukan secara rutin sekaligus pertemuan rutin. Seperti tanggal 25 untuk ibu-ibu arisan, tanggal 3 kelompok ibu-ibu dan kelompok untuk balita dilakukan pemeriksaan pertumbuhan. Para anak-anak muda dusun ini biasanya sering berkumpul di sore hingga malam hari. Lalu ada juga kelompok kesenian tradisional jathilan Krido Budoyo yang merupakan andalan dari dusun ini. Dusun Gondang banyak dikenal karena adsanya kelompok jathilan ini.
C.    Lembaga Sosial di Dusun Gondang
Di dusun ini tidak banyak terdapat lembaga sosial. Hanya ada beberapa lembaga seperti LPMD, lalu ada juga lembaga tani penanam kopi yang bisa dibilang mirip koperasi bergerak di bidang usaha penanaman kopi, biasanya bibit kopi ini didapat dari Temanggung. Lalu ada juga koperasi peternak sapi perah yang merupakan cabang dari koperasi susu Sarono Makmur yang tingkatnya lebih luas.
D.    Norma Sosial di Dusun Gondang
Dusun Gondang yang tergolong dusun yang kecil mempunyai norma-norma sosial yang masih sangat mengikat dan para warganya pun masih menaati norma-norma tersebut. Di dusun saya ini tingkat penyimpangan terhadap norma yang beerlaku tergolong rendah. Rasa kebersamaan dan kegotong royongan membuat sikap antar warga untu menjaga keamanan, kenyamanan, dan nama baik dusun ini. Apabila sedikit saja ada warga yang melanggar norma biasanya mendapat gunjingan dari para warga lain atau bahkan kalau memang sudah agak keterlaluan itu dikucilkan. Kebanyakan norma-norma itu merupakan norma tertulis. Namun karena kemajuan jaman dan untuk lebih memantapkan sebuah norma maka dibuatlah norma-norma yang tertulis. Norma yang tertulis ini biasanya dibuat oleh kelompok pemuda dengan dicetak dan kemudian ditempel di setiap rumah atau tempat-tempat umum. Norma-norma itu seperti jam belajar masyarakat pukul 18.30, jam berkunjung khusus apel maksimal jam 9 malam, berkunjung untuk tamu biasa maksimal jam 11 malam dan untuk tamu menginap harap lapor RT/RW/Dukuh setempat. Dengan adanya aturan tertulis ini maka akan terlihat jelas dan kuat tentang aturan di dusun ini. Masih banyak lagi norma-norma yang tidak tertulis. Apabila terjadi penyimpangan baik yang dilakukan warga dalam atau warga luar di dusn ini biasanya para pemuda lah yang menyelesaikannya. Misalkan ketika seorang remaja putrid dusun ini dibawa pergi pacarnya hingga larut malam, saat diantar pulang pacarnya ini ditegor dan diminta untuk tidak lagi membawa pergi hingga larut malam. Kalau 1-2 kali masih diperingatkan namun ketika sudah berkali-kali diulangi maka biasanya akan dihajar atau diserahkan kepada orang tuanya untuk segera dinikahkan. Di dusun ini aturan tersebut masih dipegang karena tindakan seperti itu menyangkut nama baik dusun setempat. Selain itu sopan santun dan tata karma masih dipegang erat di dusun ini. Bahkan ketika kita berpapasan dengan tetangga kita tidak menyapa biasanya kita akan digunjing di belakang kita. Saat naik kendaraan bermotor melintas di jalan dusun ini sebaiknya jangan ngebut-ngebut dan bahkan mbleyer karena hal itu dapat mengundang kemarahan warga setempat.
Lapisan Sosial di Dusun Gondang 
Di Dusun Gondang ini lapisan-lapisan sosial tidak terlalu menonjol. Kebanyakan warga adalah petani kebun dan penambang pasir. Sedikit warga yang menjadi PNS, pengusaha, atau pedagang. Pendidikan para warga di dusun ini pun juga tidak terlalu tinggi, para orang tua kebanyakan hanya lulusan SD bahkan tidak sekolah. Sedangkan untuk anak muda kebanyakan merupakan tamatan SMA/SMK. Semua warga di sini diperlakukan sama, hanya mungkin untuk hal-hal tertentu orang-orang yang berpendidikan tinggi, berpengalaman, dan tergolong kaya biasanya lebih dihormati. Seperti ketika membentuk panitia atau pengurus suatu organisasi, biasanya orang-orang itulah yang ditunjuk. Orang-orang yang memiliki jabatan seperti dukuh biasanya juga lebih dihormati dan ditempatkan di atas. Dan sebagian kecil orang-orang tersebut lebih ditempatkan oleh sebagian besar warga yang lain di tempat yang lebih atas. Kadang warga yang biasa akan merasa canggung dan akan berusaha bertingkah sesopan mungkin ketika bertamu ke rumah atau berinteraksi dengan orang-orang yang dihormati tersebut. Namun tingkatan-tingkatan yang terjadi tidak begitu terlihat.




Read more

PERANAN MEDIA MASSA DALAM MASYARAKAT

 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media berarti sarana atau alat, media massa berarti sarana komunikasi bagi masyarakat bisa berupa koran, majalah, tv, radio, internet, telepon, dsb. Media cetak yaitu alat komunikasi massa yang diterbitkan dalam bentuk cetakan seperti koran atau majalah. Media elektronik berarti media yang berupa elektronik seperti tv dan radio ( Fajri & Senja, 2003:557). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002).
Media massa terdiri dari media cetak, media elektronik, dan media online. Media cetak itu seperti koran, majalah, suratkabar, tabloid, buku, dsb. Media elektronik yaitu tv, radio, dan film. Media online adalah informasi yang kita dapat melalui internet(cyber).
 A.Peranan Media Massa
Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama ini, yakni :
1.Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan / promosi.
2.Sumber kekuatan : alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3.Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4.Wahana pengembangan kebudayaan : tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
5.Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
B.Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut:
1.Harold D. Laswell:
1.Informasi (to inform)
2.Mendidik (to educate)
3.Menghibur (to entertain)
2.Wright:
1.Pengawasan (Surveillance), terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui proses peliputan dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya.
2.Menghubungkan (Correlation), mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap atas suatu peristiwa atau masalah.
3.Transmisi Kultural (Cultural Transmission), pewarisan budaya, sosialisasi.
4.Hiburan (Entertainment).
3.De Vito:
1.Menghibur
2.Meyakinkan
3.Menginformasikan
4.Menganugerahkan
5.Membius
6.Menciptakan rasa kebersatuan
C.Pengaruh Media Massa terhadap Masyarakat
Media massa mempunyai peran dan fungsi sehingga media massa dapat member pengaruh terhadap masyarakat, baik pengaruh negatif maupun positif. Dari segi negatif, misalnya iklan rokok yang menarik akan membuat anak-anak yang melihatnya tertarik untuk mengonsumsi rokok. Acara-acara TV yang isinya menggunakan tipuan mata, aksi, atau hal-hal yang ekstrem member dampak buruk bagi penonton yang mungkin akan menirunya. Seperti tayangan sportainment di salah satu stasiun TV swasta beberapa tahun lalu yang sempat heboh karena ditiru oleh anak-anak yang berakibat adanya kematian dan kecelakaan. Terkadang juga masih banyak media-media yang menampilkan gambar-gambar atau berita yang terlalu vulgar (porno). Pemberitaan media yang salah juga dapat mempengaruhi perspektif masyarakat terhadap suatu masalah yang dibahas. Media massa merupakan sarana yang besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Meskipun tidal semua berita dari media itu benar 100%.
Sedangkan dari sisi positifnya media massa mempengaruhi masyarakat adalah misalnya sebagai media sosialisasi yang paling efektif. Media massa juga membuat aspirasi mayarakat lebih mudah tersampaikan dengan banyaknya rubrik opini di berbagai media cetak. Bakat-bakat masyarakat khusunya anak muda juga lebih banyak diekspos oleh media massa sehingga mendapat apresiasi yang bagus dari masyarakat lain. Media massa juga membuat masyarakat di daerah lain yang jauh mengetahui informasi atau berita dari suatu daerah yang berbeda. Pengetahuan masyarakat juga semakin luas dengan adanya media massa. Dengan banyaknya media massa juga membantu dengan terciptanya banyak lapangan kerja seperti jurnalis, penjual koran, dll.
Read more

KONFLIK SOSIAL


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Konflik merupakan pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak. Pruit dan Rubin mendefinisikan konflik dengan mengutip Webster bahwa “konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan, atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara simultan” (Pruit dan Rubin, 2004: 10).
Dalam sosiologi, konflik disebut juga pertikaian atau pertentangan. Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif. Hal ini berarti satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau menyingkirkan pihak lain. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Soedjono. Menurut Soedjono (2002:158), pertikaian adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak-pihak yang ada di dalamnya berusaha untuk saling menjatuhkan dan mengalahkan lawannya. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses yang dilakukan orang atau kelompok manusia untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Oleh karena itu, konflik diidentikkan dengan tidak kekerasan.
Sedangkan konflik sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusuhan atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, ataupun organisasi tertentu. Teori konflik menilai bahwa keteraturan yang ada dalam masyarakat disebabkan adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Konsep sentral dari teori ini adalah wewenang dan posisi yang keduanya merupakan fakta sosial. Distribusi wewenang dan kekuasaan yang tidak merata menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematik. Kekuasaan dan wewenang menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Lebih lanjut dikatakan, bahwa dalam masyarakat selalu terdapat golongan yang saling bertentangan, yaitu antara penguasa dan yang dikuasai. Masing-masing golongan dipersatukan oleh ikatan kepentingan nyata yang bertentangan satu sama lain. Pertentangan tersebut terjadi dalam situasi dimana golongan yang berkuasa berusaha mempertahankan status quo sedangkan golongan yang dikuasai berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan. Jadi, pada intinya konflik terjadi karena adanya perbedaan kepentingan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. 
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
2.      Macam-macam Konflik Sosial
Soerjono Soekanto (1998:90) berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis konflik. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
a.    Konflik pribadi
Yaitu konflik yang terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Konflik ini pada umumnya diawali dari perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan benci yang mendalam. Pada dasarnya konflik pribadi banyak terjadi dalam masyarakat.
b.    Konflik rasial
Konflik rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman suku dan ras. Hal yang memicu terjadinya konflik rasial ini adalah adanya sikap etnosentrisme yang berlebihan, yaitu menganggap kebudayaan sendiri lebih baik dibandingkan dengan kebudayaan lain.
c.    Konflik antarkelas sosial
Adanya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai, seperti kekayaan dan kekuasaan yang kemudian dijadikan dasar penempatan kedudukan seseorang dalam masyarakat yaitu kelas sosial atas, menengah dan bawah.  Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mempunyai hak dan kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Kondisi inilah yang dapat menimbulkan adanya konflik antarkelas sosial.
d.    Konflik bersifat internasional
Konflik internasional biasanya terjadi karena perbedaan pendapat dan kepentingan yang menyangkut kedaulatan negara yang saling berkonflik. Karena mencakup suatu negara, maka dampaknya yang dirasakan oleh seluruh rakyat dalam suatu negara.
3.      Upaya Penyelesaian Konflik
Hodge dan Anthony (1991), memberikan gambaran melalui berbagai metode penyelesaian konflik, diantaranya:
Pertama, dengan metode penggunaan paksaan. Orang sering menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredam. Jadi, seseorang yang mempunyai kekuasaan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk meredam suatu konflik. Metode ini umumnya tidak disukai oleh kebanyakan orang. Dengan paksaan, mungkin konflik bisa diselesaikan dengan cepat, namun bisa menimbulkan reaksi kemarahan
Kedua, penyelesaian dengan cara demokratis. Artinya, memberikan peluang kepada masing-masing pihak untuk mengemukakan pendapat dan memberikan keyakinan akan kebenaran pendapatnya sehingga dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Cara lain yang dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik yaitu dengan koesistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta diterapkan secara ketat dan konsekuen.
Dengan mediasi atau melalui perantara. Jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu, masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan secara jujur, adil serta tidak memihak. Dalam mediasi ini pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami.
Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi, terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud diharapkan berfungsi secara efektif, yang sedikitnya memenuhi empat hal:
(1) harus mampu mengambil keputusan secara otonom, tanpa campur tangan dari badan-badan lain.
(2) lembaga harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang berfungsi demikian.
(3) lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik.
(4) lembaga tersebut harus bersifat demokratis.
4.      Dampak yang Ditimbulkan dari Adanya Konflik
Menurut Coser, konflik dapat bersifat fungsional secara positif maupun negatif. Dampak secara positif apabila tersebut berdampak memperkuat kelompok, sebaliknya bersifat negatif apabila bergerak melawan struktur. Dalam kaitannya dengan sisitem nilai yang ada dalam masyarakat, konflik berdampak negatif apabila menyerang suatu nilai ini. Dalam hal konflik antara satu kelompok dengan kelompok lain, konflik dapat berdampak positif karena membantu pemantapan batas-batas struktural dan mempertinggi integritas dalam kelompok. Dampak positif dari konflik diantaranya adalah:Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain.Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi. Mempunyai fungsi komunikasi.Dampak negatif dari konflik diantaranya:Keretakan hubungan antar kelompokPerubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusiaDominasi bahkan penaklukan salha satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Read more

PELAJAR MUSLIM DI SEKOLAH NON-ISLAM


Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan di sana terdapat banyak sekolah-sekolah favorit bermutu bagus, baik negeri maupun swasta. Banyak siswa dari dalam kota Yogyakarta maupun luar kota yang bermacam-macam suku, ras, etnis dan agama. Banyak sekolah di Yogyakarta menjadi pilihan para pelajar untuk menuntut ilmu. Selain sekolah negeri, banyak sekolah swasta yang mempunyai kualitas yang bagus di Yogyakarta. Beberapa di antara sekolah tersebut kebanyakan adalah sekolah di bawah naungan organisasi-organisasi agama tertentu. Beberapa di antaranya adalah seperti Muhammadiyah, Piri, Bopkri, Stella Duce, Pangudi Luhur, Marsudi Luhur, De Britto, dan Ma’arif. Ada beberapa sekolah dari organisasi tersebut yang mempunyai kualitas bagus bahkan internasional. Sekolah-sekolah tersebut tidak kalah dengan sekolah negeri, banyak prestasi yang telah ditorehkan oleh sekolah swasta tersebut. Misalkan saja SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Dengan kualitas yang tidak jauh beda dengan sekoah negeri, banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah swasta tersebut. Tidak sedikit pula orangtua Muslim yang ,enyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang mayoritas beragama non-Islam. Seperti SMA Bopkri 1 dan 2 Yogyakarta, SMA Stella Duce 1 dan 2 Yogyakarta yang berisikan wanita semua, atau De Britto yang semua siswanya adalah laki-laki.
Meski sekolah-sekolah tersebut berbasis agama tertentu, namun dengan mayoritas penduduk Yogyakarta yang Muslim, banyak pelajar Muslim bersekolah di sekolah non-Islam seperti Bopkri atau Stella Duce. Dengan keadaan yang seperti ini muncul beberapa masalah terutama tentang agama. Masalah toleransi umat beragama menjadi hal yang perlu dicermati, terutama oleh mayoritas pelajar non-Islam dengan pelajar Muslim di Sekolah tersebut. Ada ketakutan bahwa akan terjadi pelcehan agama, diskriminasi dan bahkan permutadan. Saya di sini akan membahas bagaimana toleransi yang ada terhadap pelajar muslim di sekolah Bopkri dan bagaimana menghadapi berbagai masalah atau hambatan yang dihadapi oleh siswa Muslim di sekolah non-Islam.
Di Yogyakarta banyak terdapat sekolah-sekolah swasta yang berbasis agama tertentu.Sekolah-sekolah itu sebagian besar dibangun oleh organisasi agama tertentu, seperti De Britto, Stella Duce, Bopkri, Muhammadiyah dan Ma’arif. Bahkan beberapa sekolah swasta ini menjadi sekolah favorit bagi siswa, baik dari Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Disebabkan penduduk Yogyakarta sebagian besar beragama Islam, maka tidak dapat dihindarkan banyak orang tua muslim yang menyekolahkan di sekolah-sekolah non-Islam, baik sekolah Katolik maupun sekolah Kristen. Bahkan jumlah mereka cukup signifikan. Ada berbagai alasan sehingga orang tua muslim ini memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah non-Islam, yaitu soal kualitas, efisiensi, dan efektifitas. FUI (Forum Ukhuwah Islamiyah) sudah lama mengamati akan hal ini. Ada tuduhan bahwa ada praktek permutadan melalui pendidikan.
Melihat kenyataan yang seperti ini, begitu besarnya toleransi antar umat beragama yang harus dipegang teguh oleh warga sekolah di sekolah non-Islam tersebut. Sekolah-sekolah non-Islam di Yogyakarta memang tidak melarang seorang Muslim untuk masuk dan bersekolah di sekolah tersebut. Dengan situasi yang seperti ini, siswa Muslim yang memang sudah mantap bersekolah di sekolah itu tidak minder dan takut. Baik teman-teman maupun guru tetap memberlakukan siswa Muslim sesuai aturan. Tidak ada yang namanya diskriminasi dan pelecehan agama. Di dalam kegiatan kurikuler, terutama pelajaran agama SMA Bopkri 2 Yogyakarta (Boda) tidak mengajarkan agama selain agama Kristen, jadi siswa Muslim pun ikut ke dalam pelajaran tersebut. Pada hari Jum’at jam belajar mengajar berakhir pada
pukul 11.15. Sehingga para Muslim pria pun bisa melaksanakan sholat Jum’at. Kegiatan-kegiatan yang bernuansa Kristen misalnya pendalam alkitab pun siswa Muslim boleh ikut serta. Siswa Muslim juga tidak mendapat halangan untuk aktif dalam organisasi sekolah.
Di sekolah lain, misalnya SMA Bopkri 1 Yogyakarta (Bosa) yang tidak menggunakan cara pemisahan siswa pada jam pelajaran agama, karena di sekolah yang bernaung di bawah yayasan Kristen ini tidak memberikan pelajaran agama Kristen Protestan, tetapi yang diberlakukan adalah pelajaran Komunikasi Iman. Pada pelajaran ini siswa dari berbagai agama belajar bersama tentang tema-tema yang ditentukan bersama oleh para siswa.
Berarti di pihak Bosa telah memahami bahwa di Bosa tidak hanya ada siswa Kristen, namun juga terdapat siswa agama lain terutama Muslim. Ini menunjukkan bahwa toleransi agama di Bosa sangat besar dan mampu meminimalisir adanya kesenjangan maupun diskriminasi. Pihak sekolah sadar bahwa orang-orang Muslim tidak dapat dihindarkan untuk bersekolah di Bosa. Siswa-siswa lain yang mayoritas beragama Kristen pun tidak mempengaruhi dan tidak mempermasalahkan apa agamanya, semuanya adalah teman. Bahkan tidak jarang pula terjadi jalinan asmara di antara siswa yang berbeda keyakinan.
Akan tetapi, dalam aturan Islam, memang seorang Muslim haram hukumnya apabila bersekolah di sekolah non-Islam. Haram Ummat Islam Menyekolahkan Anaknya di Sekolah Kristen/Katholik. Kalau sampai kejadian begitu orangtuanyalah yang paling berdosa karena sengaja menaruh anaknya di sekolah Kristen atau Katholik sehingga dididik sesuai ajaran agama tersebut. Umumnya orang Islam yang menyekolahkan anaknya di situ karena ingin anaknya disiplin atau berhasil dalam kehidupan dunia.
Din Syamsudin , sekjen MUI (dulu) menyatakan bahwa sekolah-sekolah Kristen/Katholik merupakan alat permutadan siswa Muslim yang bersekolah di sana. Dan ternyata menurut data statistik jumlah umat Islam memang mengalami penurunan. Siswa Muslim mengaku terbiasa mendengar kebaktian dan misa.
Muncul tuduhan, sekolah-sekolah itu menjadi media bagi permutadan siswa Muslim yang bersekolah di sana. Tudingan ini secara gamblang diutarakan Din Syamsudin. Ia menyebut ada 1.300 anak muslim yang pindah agama di Yogyakarta karena bersekolah di sekolah Kristen/Katholik.
Dalam masalah ini pihak sekolah tidak boleh disalahkan, karena pada dasarnya siswa itu sendiri yang bersekolah di sekolah tersebut. Dan orangtuanya juga memberi restu. Namun dalam sudut pandang Islam, orang tua itu lah yang berdosa besar. Seharusnya orang islam mendidik anaknya sebagaimana orang Kristen dan Katholik sesuai dengan ajaran agamanya sendiri. Bukan ajaran dalam agama lain. Dalam Islam para orang tua dianjurkan untuk mendidik anaknya dengan agama Islam.
Pihak sekolah dan siswa-siswa non-Islam malah patut diberi jempol karena toleransinya terhadap siswa Muslim. Terlepas dari permutadan, karena memang sepenuhnya pihak sekolah tidak disalahkan. Siswa-siswa itu datang sendiri dan tidak ada paksaan dari sekolah untuk bersekolah di sana. Sekolah dan siswa mayoritasnya lah yangbertoleransi tinggi, sehingga siswa Muslim pun mau bersekolah dan betah di sana karena hampir setiap tahu ajaran baru maka akan ada terus siswa Muslim yang masuk sekolah non-Islam
Siswa beragama Islam tidak sedikit yang bersekolah di sekolah non-Islam. Siswa Muslim memilih sekolah-sekolah tersebut dengan alasan efektifitas, kualitas, dan efektifitas. Adanya toleransi yang cukup tinggi terhadap siswa Muslim di sekolah non-Islam membuat siswa Muslim merasa nyaman dan aman dersekolah si sekolah non-Islam tersebut. Tidak ada kesenjangan di antara siswa mayoritas non-Islam dengan siswa minoritas islam , interaksi yang terjadi lancar baik dengan siswa lain maupun dengan guru atau karyawan sekolah. Di sekolah tersebut tidak ada diskriminasi terhadap siswa yang Muslim. Siswa Muslim tidak dihalangi atau mendapat pelecehan dalam layanan akademik maupun non akademik. Toleransi lah yang menjadi solusi atas semua ini, siswa muslim yang memilih sekolah ini tidak boleh dilarang meskipun bersekolah di sekolah non-Islam. Permutadan yang terjadi ini bukan merupakan salah sekolah itu, namun siswa itu sendiri yang mau bersekolah di sana. Dan pihak orang tua yang sudah merestui anaknya untuk bersekolah di sana, jadi soal permutadan ini bukan ditentukan secara sepihak namun dengan adanya kesepakatan. Apabila tidak ingin berdosa maka sebaiknya orang tua tidak menyekolahkan anaknya di sekolah non-Islam. Keberadaan siswa Muslim di sekolah non-Islam tersebut telah diakui dan mendapatkan suatu kenyamanan karena adanya toleransi. Toleransi merupakan kunci di dalam keberagaman dan hubungan yang berbeda agama tersebut, sehingga sekolah-sekolah non-Islam itu mampu menjaga kerukunan.
Read more